Iran Berencana Tingkatkan Ekspor Gas Alam Untuk Penuhi Kebutuhan Pasar Eropa

Meningkatnya jumlah permintaan gas alam telah mendorong lonjakan harga energi di pasar dunia, khususnya Eropa. Hal inilah yang membuat pemerintah Iran berencana untuk mempertimbangkan peningkatan ekspor gas alam ke daratan Eropa. Rencana tersebut diungkapkan pemerintah Iran setelah beberapa negara di Uni Eropa mulai mengalami krisis gas alam, lantaran Rusia membatasi ekspor migasnya untuk Eropa sebagai bentuk balasan atas sanksi invasi.

Lonjakan harga gas alam makin diperparah setelah Ukraina menutup salah satu pipa yang membawa gas Rusia ke Eropa, gangguan tersebut lantas mendorong kenaikan harga migas karena Rusia tak lagi bisa mengirimkan pasokan ekspor gasnya ke beberapa negara Uni Eropa. Barrons mencatat, tahun lalu Uni Eropa menerima sekitar 45 persen atau 155 miliar meter kubik gas Rusia. Namun karena adanya pembatasan tersebut, kini total ekspor gas Rusia ke Uni Eropa berkurang drastis dari bulan sebelumnya.

Meningkatnya konsumsi dan permintaan gas yang tak dibarengi peningkatan produksi, telah membuat harga gas alam di Eropa terus merangkak naik. Menurut laporan dari Financial Times, harga gas di pasar Eropa pada minggu lalu telah melonjak sekitar 13 persen menjadi sekitar 106 euro per megawatt, angka ini naik ke level tertinggi setelah sebelumnya harga gas hanya dibanderol 90 euro per megawatt. Adanya lonjakan tersebut makin memperburuk krisis energi di Eropa, kekhawatiran inilah yang membuat pemerintah Iran tergerak untuk membantu memenuhi kebutuhan gas negara negara Uni Eropa.

Bahkan Wakil menteri perminyakan Iran juga menegaskan, bahwa Teheran dan Baghdad telah menandatangani nota kesepahaman pada beberapa minggu lalu. Nantinya dengan kerjasama tersebut, diharap bisa mendukung rencana ekspor gas Iran ke Eropa. "Iran selalu mengejar pengembangan diplomasi energi dan perluasan pasar,” kata wakil menteri perminyakan Majid Chegeni.

Iran dikenal sebagai salah satu negara penghasil gas alam terbesar di dunia setelah Rusia. Bahkan sepanjang tahun 2020, produksi gas alam Iran mengalami kenaikan menjadi 253,8 miliar meter kubik. Namun sayangnya peningkatan ekspor gas Iran tak bisa sepenuhnya dilangsungkan karena masih terkendala sanksi dari AS, dimana pada tahun 2018 lalu Washington melayangkan sanksi dan menarik diri dari kesepakatan nuklir Teheran. Menurut kabar yang beredar sanski tersebut dijatuhkan AS karena Teheran telah melanggar kesepakatan batas nuklir, dengan membangun kembali persediaan uranium serta memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.

Namun karena pasar global makin mengalami krisis energi, AS dilaporkan telah membuka komunikasi terkait pembelian minyak ini dalam forum pembicaraan nuklir, meski komunikasi tersebut hingga saat ini belum membuahkan hasil yang dinginkan.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *